Warga Desa Sidoharjo Air Saleh Tolak JT Makan Dan Tidur Di Masjid
BANYUASIN, KabaRakyatsumsel.com -- Warga Desa Sidoharjo Kecamatan Air Saleh menolak rombongan Jama'ah Tabligh (JT) saat mereka hendak melakukan aktivitas dakwah menurut ajaran mereka. Penolakan itu yankni melarang nereka tidur dan masak serta menetap di Masjid sampai beberapa masa lamanya. Warga menjadi kesal ketika penolakan mereka direkam oleh salah seorang olah oknum JT Selasa (19/6) pukul 20 00 WIB.
Tokoh pemuda Desa Air Saleh Emi Sumitra, S.E. M.Si saat dihubungi fia Hand Phon mengatakan, meminta maaf kepada semua pihak terutama Polri. "Saya mengupload video ini untuk mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi karena video tersebut tidak lengkap hanya sebagian kecil yang terjadi. Hingga bagi yg menerima wa video ini tidak salah paham dalam menafsirkan nya," Ujar Emi Sumitra.
Dikatakan Emi Sumitra, Kejadian bermula saat beberapa orang pengikut JT mendatangi masjid Baiturahman Desa Sidoharjo. Kec. Air salek. Kab. Banyuasin (18/06) "Posisi saya pada hari itu ada di Palembang, dan saya mendapat informasi dari warga bahwa kedatangan tamu jamaah tabligh. Tetapi jamaah masjid Baiturahman dan warga dusun III menolak dan keberatan pada tamu-tamu tersebut untuk menginap dan memasak di masjid," ujar dia.
"Kami ini kan sudah beriman, dan kalau pun mereka hendak melaksanakan dakwah jangan sifatnya memaksa kalau masyarakatnya menolak, dengan orang kafir sekalipun Rosulullah tidak memaksa untuk masuk Agama Islam," Jelas Emi Sumitra.
Melalui kepala dusun setempat didampingi tokoh agama dan pemuda setempat menyampaikan kepada para tamu akan keberatan tersebut tetapi tidak diindahkan. "Saya dielephon warga dan saya sarankan kepada warga untuk kembali menyampaikan keberatan tersebut melalui pemerintah desa dan tokoh agama setempat," tutur dia.
Dikatakan Emi Sumitra, Menjelang Ashar kepala dusun dan tokoh agama serta pemuda kembali mengingatkan dan menyampaikan keberatan warga akan keberadaan mereka jika merek tidur dan masak di masjid. Namun tetap tidak di indahkan bahkan salah satu dari mereka mengancam siapa yang berani mengusir mereka akan mereka laporkan ke Polda dan setiap didatangi dan disampaikan mereka selalu merekam kejadian itu.
Suasana makin mencekam masyarakat tidak ada satu pun yang berani datang ke masjid karena takut dengan keberadaan mereka mulai dari mahgrib sampai Isya karena diantara mereka ada yang berpakaian dinas Polisi keliling mengelilingi dusun dan saya putuskan untuk datang ke Tempat Kejadian langsung.
Menurut Emi Sumitra, pada pukul 8 malam saya datang dari Palembang langsung menuju tempat Kejadian bersama salah satu warga. Ternyata di TKP telah di penuhi oleh warga baik pemuda maupun tokoh agama dan masyarakat mengelilingi seputaran masjid terutama berkumpul di depan masjid.
Kemudian saya sarankan warga untuk menghubungi kembali perangkat desa dan pengurus MWC NU Air Salek. Satu jam setelah itu warga semakin ramai dan banyak berdatangan dengan bermacam reaksi terhadap sikap para tamu.
Ketika kepala dusun dan ketua MWC NU datang terang Emi Sumitra, maka warga masuk dan mengundang para tamu untuk bermusyawarah.
"Tapi sangat di sesalkan mereka memprovokasi kami. Dan massa diluar makin beringas ketika terjadi perdebatan keras antara kami dengan kelompok tersebut," Kata Emi Sumitra.
Dikatakan Emi Sumitra, Itu yang terjadi di video sudah jelas bahwa mereka ditolak warga adalah mereka dilarang tidur dan masak di masjid. Ketika mau ibadah pintu masjid terbuka lebar dan dijamin untuk seluruh umat muslim didunia ini.
Tapi mereka mempelintir penolakan warga bahwa kami menolak dan melarang untuk ibadah. Serta menolak kedatangan polisi. "Wajar kalau kami emosi dan kami minta keterangan mereka karena kapasitas mereka sebagai apa?," Ujar Emi Sumitra.
Lebih lanjut dikatakan Emi Sumitra, dari pada warga ribut diluar dan bisa memprovokasi warga yang lain saya perintahkan untuk masuk kedalam menujukan bahwa kami cinta damai dan penolakan tersebut berdasarkan kesepakatan bersama tanpa ada unsur-unsur lain. Sehingga di musyawawarah warga menawarkan bagi mereka untuk tidur di kantor desa dan lumbung pangan yang tempatnya juga luas dan kalau mau itikaf silahkan datang ke masjid.
"Tetapi mereka menolak dan kita sarankan untuk mencari masjid lain yang ada Desa Sidoharjo yang warga dan jamaahnya tidak keberatan untuk ditempati, tapi mereka juga menolak. kemudian ketua MWC NU menawarkan mereka untuk nginap di kantor MWC NU karena bersebelahan juga dengan masjid, tapi mereka juga menolak," Ujar Emi Sumitra.
Masih dikatakan Emi Sumitra, kesimpulannya ditegaskan bahwa warga dusun III Desa Sidoharjo dan jamaah masjid Baiturohman keberatan serta menolak mereka jika mereka tetap akan tidur dan masak di masjid.
Dan warga mempersilahkan hanya 1 malam saja karena hari sudah larut malam dan mereka mungkin belum punya tujuan. Dan warga siap membantu transportasi mereka menghantarkan sampai ketempat tujuan yang merek inginkan.
Dijelaskan Emi Sumitra, para JT menerima dan permisi keluar dari rumah tanpa pamit dan bersalaman kepada warga semua yg hadir selaku sesama manusia apalagi sesama muslim saya ingatkan kenapa tidak bersalaman tapi merek tetap keluar rumah tanpa basa basi.
"Hanya salah satu merek yang berbelok memeluk saya dan kami saling merangkul sambil berbisik untuk saling memaafkan. Tanpa sepengetahuan warga tiba-tiba ada mobil datang menjemput dan mengangkut rombongan tersebut sedangkan warga sendiri tidak tahu kemana tujuan mereka selanjutnya," beber dia.
Emi Sumitra menegaskan bahwa, warga tidak anti pada jaulak atau apapun namanya terbukti di beberapa masjid dan musholah yang ada didesa kami mau menerima nya. "kami jangan ditakuti dengan institusi negara karen kami selalu taat dan patuh kepada aturan yg di buat negara dalam hal ini sikap kami menolak adalah salah satu bentuk andil kami menjaga NKRI, tolong hargai perbedaan karena dengan perbedaan kita bisa bersatu," Tukas Emi Sumitra. (Adam)