News BreakingNews
Live
wb_sunny

Breaking News

Midang Bebuke morge siwe tradisi Kayu Agung

Midang Bebuke morge siwe tradisi Kayu Agung

Kayuagung, KabaRakyatsumsel.com-Tradisi ini dilaksanakan secara rutin setiap tahun sebagai rangkaian merayakan hari raya Idulfitri, terutama pada hari ketiga dan empat. Kegiatan Midang menjadi agenda tahunan pariwisata Kabupaten OKI dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Hal tersebut nampak pada perayaan Idulfitri 1439 H, tepatnya hari Minggu dan Senin (17-18/6/2018).

Midang dalam istilah masyarakat Kayuagung adalah sebuah kegiatan berjalan kaki dengan menggunakan pakaian adat perkawinan masyarakat Kayuagung, sedangkan bebuke artinya lebaran. Awalnya, midang ini ada pada abad 16 yang merupakan persyaratan untuk menjemput mempelai perempuan oleh mempelai laki-laki dalam rangkaian adat istiadat perkawinan. Seiring berjalannya waktu, midang ini terus mengalami perkembangan dan mulai tahun 1954 telah dilaksanakan midang bebuke morge siwe.

Peserta melakukan arak-arakan menggunakan pakaian adat perkawinan. Setidaknya, ada 14 macam pakaian adat perkawinan yang diiringgi dengan pemusik tanjidor.

Ribuan peserta midang dan warga yang menyaksikan midang berasal dari 11 kelurahan di Kecamatan Kota Kayuagung selama dua hari memadati jalan-jalan protokol. Dengan rute yang dilalui peserta midang menyeberangi Sungai Komering melalui jembatan yang menghubungkan Kelurahan Kotaraya dengan Kelurahan Mangun jaya. Kemudian berakhir di Pendopo rumah dinas Bupati OKI.

Midang Bebuke Morge siwe sendiri awalnya merupakan satu dari rangkaian adat perkawinan Mabang Handak (Burung Putih_Red) masyarakat Kayuagung pada masa itu. Ini merupakan perkawinan dalam adat yang tertinggi di Morge Siwe atau sembilan marga.

Di mana, jika ada pasangan muda-mudi yang melangsungkan pernikahan, maka salah satunya adalah dengan digelarnya midang dengan peserta muda mudi berasal dari masyarakat sekitar. Tujuannya, memperkenalkan pada khalayak ramai. Tak jarang saat kegiatan midang sedang berlangsung, ada orang tua yang berminat untuk menjodohkan anaknya dengan salah seorang peserta.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten OKI, Ifna Nurlela, menjelaskan, saat ini midang masih menjadi salah satu adat budaya yang bertahan dan dilestarikan di Kabupaten OKI.

“Adat arak-arakan ini sudah sejak lama dilakukan. Para pelakunya adalah muda-mudi dalam kelurahan. Mulanya midang dilakukan oleh muda-mudi yang kelurahannya ada hajatan pernikahan, kemudian untuk melestarikannya dikembangkan menjadi agenda tahunan pariwisata, tepatnya di setiap Lebaran,” jelasnya.

Midang menurutnya  juga menjadi even pariwisata nasional. Artinya, midang ini bukan hanya milik Kabupaten OKI, tetapi sudah menjadi salah satu atraksi pariwisata yang terdaftar di Kementerian Pariwisata, dan pernah ditampilkan di Istana Negara pada tahun 2007.

Plt Bupati OKI, H.M Rifa'i, didampingi Sekda H. Husin mengatakan, saat ini Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten OKI sangat konsen mendukung tradisi midang sebagai warisan tradisi budaya leluhur yang sangat mahal nilai karakteristiknya.

“Tradisi ini merupakan aset budaya yang sangat diperhatikan di samping tradisi lainnya di Kabupaten OKI. Kondisi midang sampai saat ini masih sangat lestari, bahkan berkembang menjadi wisata budaya,” ujarnya.

Sementara itu, tradisi midang untuk kesempatan Lebaran hari ketiga diawali oleh kelurahan Sidakersa, Jua-Jua, Tanjung Rancing, Kayuagung Asli,  Kelurahan Kota Raya.dan mangun jaya Sedangkan pada esok harinya, Senin (18/6/2018), diikuti oleh Kelurahan Kedaton, Cinta Raja, Mangun Jaya, Paku, Sukadana, dan Kelurahan Perigi.( Sanfriawan)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.